Kamis, 23 Mei 2013 0 komentar

Dulu Kumiliki

Hanya pembicaraan kecil , tapi hanya brdua , Aku dan Dia .
Momen yang sungguh manis , sampai seseorang melintas di depan kami .
Langkahnya tidak anggun , terkesan cuek , cenderung berjalan tergesa-gesa , tapi menarik perhatian. Saat itulah Dia beralih pandang pada seseorang , tatapannya berjalan mengikuti seseorang hingga sosok itu menghilang dari pandangan . Tatapan mata itu , sepasang mata yang pernah membuatku jatuh cinta . Mata yang sama , yang beberapa saat tadi tengah memandang puja pada seseorang lain , bukan aku . Ada sinar dimatanya , ada seulas tarikan bibir , ada napas yang tertahan , ada kata yang terpotong . Hanya sebentar , hanya beberapa detik , tapi gerakan - gerakan itu sungguh ada artinya ...
Selasa, 26 Februari 2013 0 komentar

CONTOH CERPEN Part 1


   Judul Cerpen :           "Complicated"    
     Kerangka Karangan
   - 6 Orang Sahabat
   - Pulang dan Pergi Sekolah bersama
   - Memiliki tempat favorite yang sama (Cafe BARCODE)
   - UN semakin dekat
   - Fokus Belajar dan membuat perjanjian untuk tidak jatuh cinta
   - Membentuk sebuah kelompok belajar (FEMALE)
   - Kelompok Belajar tidak berjalan efektif
   - Sepakat untuk memanggil guru pembimbing
   - Guru Pembimbing adalah salah satu kakak sahabatnya (Toni, Kakak Fani)
   - Salah satu dari mereka (Lea) suka pada guru pembimbing (Toni)
   - Toni suka pada Esti
   - Esti menolak karena mengingat perjanjiannya dengan sahabat-sahabatnya


     Lea tersenyum puas melihat hasil karya bersama sahabatnya dalam mendekorasi ulang kamarnya. Sisa liburan semester ganjil kali ini dihabiskan untuk mempersiapkan dekorasi kamar Lea . Mulai dari memilih warna cat , membeli pernak – pernik kamar , sampai menata ulang barang-barang . Mereka sangat antusias dan sama sekali tidak keberatan melakukan pekerjaan itu. Bagaimana tidak, mereka telah menganggap kamar Lea adalah basecamp tempat mereka mengerjakan tugas , bermalas-malasan, membicarakan banyak hal, sampai tempat menginap saat mereka jenuh dengan keadaan rumah masing-masing. Persahabatan mereka begitu dekat, akrab, bahkan “rumit”. Pasti rumit menyatukan 6 orang yang memiliki karakter saling bertolak belakang , tidak jarang mereka bertengkar, perang dingin sampai berhari-hari. Tapi dari hal yang rumit itulah persahabatan mereka awet selama tiga tahun sampai sekarang.Setelah mereka selesai mendekorasi kamar Lea , mereka menghempaskan tubuh mereka diatas kasur Lea yang empuk dan cukup luas untuk menampung tubuh 6 orang sekaligus.
“Yeah, akhirnya selesai juga kerja rodhi kita untuk none Belanda yang satu ini.”ujar Margaret
“Ih enak aja ! Gue kan enggak maksa kalian ya buat dekorasi kamar gue, Cuma minta minta tolong loh.” bela Lea
“Iya sih minta tolong,tapi maksa.Pake ada ancaman enggak boleh main, nginep dan ngerjain tugas dikamar lo lagi.”jelas Fani
“Hahaha itu kan cuma gertakan, kalau gak begitu pasti kalian banyak alasan deh, Padahal kan buat kebaikan kalian juga.”balas Lea
“Tapi kan gue jadi tunda-tunda makalah karya ilmiah gue ya Le , Cuma buat kerumah lo dan temenin muter-muter mall cari aksesoris kamar. Padahal kan makalahnya ditunggu pas hari pertama masuk sekolah semester genap.”gerutu Ervina

Esti tertawa kecil dan berusaha menengahi mereka, “Yaudahlah gak usah dipermasalahin lagi guys! Toh kita juga seneng-seneng kan? Puas juga kan dengan hasil kerja kita mendekor kamar Lea? Besok gantian ya dekor kamar gue! ”

ENGGAK !!Mereka serempak menjawab.

Hari pertama masuk sekolah di semester genap , seperti biasa Mereka berangakat bersama-sama karena rumah mereka searah  dan beberapa saling berdekatan, hanya berbeda beberapa blok. Kali ini Alvina yang menjemput mereka dengan mobil APV Silver yang dikendarai oleh supir keluarganya.Setelah bel masuk berbunyi, wali kelas XII IPA2 pun masuk memberikan pengarahan dan beberapa pengumuman sehubungan dengan UN dan UAS yang semakin dekat. Ibu Nur, wali kelas mereka menyarankan agar membentuk kelompok belajar. Tujuannya agar kami berbagi ilmu dan bertukar informasi, serta tidak jenuh dibanding belajar sendiri.

Ketika bel pulang sekolah berbunyi, mereka bergegas ke parkiran belakang dan menghampiri Pak Dito, supir keluarga Alvina yang setia menunggu hingga jam sekolah berakhir.Kini giliran rumah Alvina lah yang menjadi basecamp bergilir.“Sumpah ya cape banget hari ini, padahal belum belajar efektif.”keluh Alvina.”Tau tuh , guru-guru pada ngebut banget kasih SKL, padahal nih ya kita tuh butuh Strategi Kelulusan, bukan Standar Kelulusan. Bayangin aja ya tiga tahun SMA cuma ditentuin lewat UN + embel- embel 20 paket soal yang beda, baru ngebayangin aja bikin otak langsung jenuh, gimana dipikirin?” jelas Fani. “Dipikirin lah Fan, gue sih pengen dan harus jadi salah satu lulusan terbaik sekolah ini.”sambung Ervina dengan bangganya.

“Percaya diri dan berambisi sih bagus, tapi usahanya mana? Realistis dong Ervi !”sahut Margaret. “Ervi berusaha membela diri “Parah lo sama temen sendiri omongannya pedes banget, emang lo kira gue selama ini enggak realistis? Gue udah belajar serius, les dimana-mana, masa masih dibilang kurang usaha”. “Gue sekedar mengingatkan ko, juara kelas aja belum pernah kan?masa langsung ambisius jadi lulusan terbaik?”balas Margaret. Alvina berusaha melerai perdebatan mereka,”Ih kalian selalu deh debat yang ujung-ujungnya perang dingin berhari-hari. Daripada debat, mending kita cari yang segar-segar yuk di Kafe favorit kita!”.

“Setuju tuh! Sekalian omonginkelompok belajar kita ya !”sambung Esti . Selama 30 menit dari rumah Alvi , mereka tiba di Kafe yang bernama “Barcode”favorit mereka. Mereka sangat menyukai Kafe tersebut , karena menurut mereka tempat itulah yang sangat tepat untuk “Refreshing” setelah jenuh berkutat dengan angka, rumus-rumus , dan teori-teori yang dipelajari di sekolah. Refreshing ala anak SMA tentunya, apalagi kalau bukan melirik mahasiswa keren,tampak supel dan terkesan dewasa. Sore itu, kafe sangat ramai, bahkan beberapa gerombol tampak mengantre dipintu depan. Untung mereka sudah mengantisipasi kemungkinan itu.Mereka datang awal, tepat 20 menit setelah azan Magrib berkumandang.

“Mau pesen apa aja nih ?“ Alvi membuka daftar menu, siap menuliskan pesanan.

“Aku kayak biasa ya Al !” sahut Esti

“Emang biasanya kamu pesen apa ti?Aku kan gak kerajinan perhatiin kamu setiap makan.”jawab Alvina polos.

“Aduh Alvi, siapa juga yang nyuruh kamu perhatiin Esti makan? Biasanya kan kamu yang selalu tulis pesanan kita, masa gak inget sih yang selalu dipesen Esti? ” tukas Lea

“Emang ya?Aku cuma ingat makanan favorit aku di Kafe ini, nasi goreng seafoodnya enak banget. Kamu aku pesenin itu aja ya ti! pasti kamu suka juga deh.”jawab Alvi

“Jangan ! Alvi parah banget sih, mau bikin Esti sesak napas dan masuk Rumah Sakit lagi ? ” cegah Fani

“Loh kamu tuh yang parah , Alvi kan cuma nawarin makanan kesukaan Alvi, emang bahaya apa? Alvi aja setiap kesini makan itu, sampai sekarang gak kenapa-kenapa ” bela Alvi.

“Alvi sayang, makanan kesukaan kamu gak bahaya kok, tapi masalahnya Aku itu alergi seafood.Nanti langsung sesak napas dan gatal-gatal sehabis makan seafood. Alvi lupa ya?” jelas Esti

“Ya ampun Alvi bodoh banget ya lupa sama hal penting kayak gitu, maaf ya Esti !”

“Iya gak apa-apa kok Alvi , Oh iya guys gimana nih kelompok belajar kita? Bagusnya dikasih nama apa ? ”tanya Esti

“Gimana kalau Clever ?atau Smarter ?” saran Ervina

“Terlalu ambisius, kurang pas buat kita. Gimana kalau vini vidi vici ? ”sahut Margaret

“Ambisius? Lo nyindir gue? Lagian vini vidi vici itu moto hidup lo kan? lebih gak pas buat kita, mendingan Clever kemana-mana deh. ”

“Hem kalian mulai deh debat kusirnya, kayak pejabat waktu sidang koalisi. Kita tampung dulu ya saran kalian !tunggu saran yang lain juga, terus nanti kita voting.” Esti berusaha menengahi.

Tiba-tiba Lea sontak berdiri dan berkata, “Aku dapet nama yang pas buat kitanih !”Tingkah Lea mengejutkan mereka, bahkan beberapa orang di Kafe itu pun menoleh kearah mereka karena tingkah Lea yang menarik perhatian.“Gimana kalo FEMALE? Fani, Esti, Margaret, Alvi, Lea, Ervi. Keren kan?”lanjut Lea.

“Wah setuju tuh !kreatif dan pas buat kita.”respon Esti

“Itu sih bukan kita banget, tapi emang kita, cuma main kata aja.Tapi boleh lah daripada Clever, Smarter atau vini vidi vici”sahut Fani.

“Eh Le, itu kan cowok yang kamu bilang cute dulu.”kata Ervina setengah berbisik pada Lea saat melihat sosok favorit Lea melenggang masuk. “Dia ke meja arah jam 9”. Pandangan Lea berlari kearah yang dikatakan Ervi. Benar, Ia pernah beberapa kali melihat cowok itu . Pertama di Kafe ini Minggu lalu, lalu dibioskop , dan terakhir di depan sekolahnya. Sayang waktu itu Lea tidak sempat menyelidiki kenapa cowok itu ada di depan sekolahnya. Cowok itu juga sepertinya langganan Kafe disini, apalagi di akhir Minggu.Lea berani bertaruh cowok cute itu adalah Mahasisiwa Kampus diseberang Kafe ini. Dilihat dari gerak-gerik, dandanan , teman- teman, dan tentu saja kafe yang selalu jadi tempat nongkrong favorit Mahasiswa / i kampus tersebut.Dimeja Lea , pembicaraan terus berlanjut. Tapi pikiran dan pandangannya tidak beranjak dari  meja arah jam 9 , tempat cowok itu berbincang – bincang seru dengan teman-temannya. Si cowok cute itu tertawa… Menoleh ke kiri , dan tatapannya bertemu dengan mata Lea. Sontak Lea salah tingkah dan merasa tertangkap basah diam-diam sedang memperhatikan cowok itu.

Diarah lain, Toni pun merasa sejak tadi sedang diperhatikan oleh seseorang. Ia melongok meja di pojok ruangan. Ada enam cewek yang dengan  mudah ia kenali sebagai anak SMA. Salah satu dari mereka , tepatnya yang paling cantik dengan rambut lurus, terurai sempurna tengah melihat kearahnya. Sangat Nampak salah tingkahnya, tapi Toni membalasnya dengan senyuman.Senyum Mahasiswa berpengalaman membuat cewek terpesona.Lea mendapat sinyal – sinyal positif dari Si Cowok cute itu. Dia berharap lain waktu ada kesempatan bertemu hanya berdua dan memulai pembicaraan atau bertukar nomor handphone. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 malam , mereka segera pulang kerumah masing-masing dan beristirahat , mengingat besok masih ada pendalaman materi dihari Sabtu yang semestinya sekolah mereka libur dihari tersebut.

Sabtu pagi , sekolah tidak terlalu ramai karena hanya ada kelas 3 yang masuk dan belajar untuk pendalaman materi. Kelompok belajar “FEMALE” pun berkurang satu karena Esti tidak masuk sekolah demi merawat ibunya yang sedang sakit. Satu jam pendalaman materi berlalu, kemudian jeda untuk waktu istirahat 30 menit. Ketika jam istirahat, mereka melihat beberapa anak perempuan  sedang asik berbicara tentang cowok. Malah salah satu diantaranya menangis, konon katanya Si cewek itu menangis karena putus hubungan dengan pacar yang katanya sudah 2 tahun lebih menjalin hubungan  dengannya. Melihat teman-teman lain sering patah hati, menangis karena cinta , konsentrasi belajar terganggu , mereka jadi ragu untuk memiliki pacar ditahun terakhir SMA ini. Ervina mulai membuka pembicaraan, “Gue prihatin deh sama kebanyakan anak SMA sekarang,mereka gak bisa prioritasin hal yang lebih penting dulu, gak bisa manage perasaan , belajar sesuai mood, akhirnya belajar terbengkalai. Padahal UN kurang dari satu bulan lagi. ” “Iya ya, kasihan juga buat temen-temen yang emosinya masih labil dalam penyelesaian masalah, Gitu deh kalau pusat perhatiannya 70% buat cowok , jadi gak beres belajarnya, gak beres juga perasaannya”.sambung Margaret. “Gue ada ide nih !tapi agak gokil sih karena ini sebenernya privasi banget. Kalian setuju gak kalau kita buat kesepakatan ditahun terakhir SMA ini, kita gak boleh pacaran ataupun main perasaan sama cowok?”saran Fani. “Loh kok jadi ngebatasin privasi orang lain sih? Emang efektif cara kayak gitu?”tanya Lea.

“Lo denger sendiri kan Le temen-temen kita tadi ngomong apa? Mendingan fokus belajar aja deh !sekarang tuh prioritas utama kita lulus UN nilai bagus. Kalo menurut gue sih efektif,kalau kita sibuk belajar dan kegiatan yang menunjang pelajaran, pasti kita enjoy aja gak ada cowok disamping kita.”jelas Fani

“Coba tanya Esti ! Esti kan yang lebih bijak diantara kita,Kalau menurut kamu gimana?”saran Lea

“Aku sih setuju, yang dibilang Fani juga bener banget, kalau kita sibuk belajar dan dengan kegiatan positif lain, pasti kita bisa lupain tentang cinta sementara , lagian gak akan lama kok kesepakatan ini. Selesai UN ,kita udah bebas dari kesepakatan.”

“Jadi kalian setuju kah tentang kesepakatan ini ?”Tanya Fani memastikan.

“Sip, Ok , Iya ” Mereka saling bergantian menjawab

Minggu pagi , kelompok belajar “FEMALE” berencana untuk belajar dirumah Lea.

Hari itu langit sangat cerah , tapi semangat mereka lenyap seperti tersapu angin kencang dihari kemarin. Esti berusaha menyemangati mereka , “Hei kawan jangan lemes gitu dong ! semangat lah ! UN gak akan nunggu kalian sampe semangat dan siap tanpa usaha loh.” “Please deh ti, jangan bikin gue tambah unmood deh ! hari ini lagi butuh refreshing tau , penat banget 6 hari full belajar , masa cuma punya 1 hari libur, tetep dipake belajar sih.”gerutu Lea

Alvi dengan polosnya malah mengajak mereka refreshing ke Kafe “Barcode” , “yaudah kita ke Kafe aja yuk ! kan setiap refreshing kita kesitu . Ada milkshake , nasi goreng seafood , kakak mahasisw…” “Diem deh Al !gak ada hang out ke kafe, gak ada yang namanya refreshing , apalagi lirik-lirik mahasiswa. UN tuh sebentar lagi , kalian ngerti gak sih kita itu harus utamain belajar, kemarin-kemarin kita terlalu santai , sekarang gak ada yang kayak gitu lagi !” bentak Ervina

“Eh santai aja deh Vi !gak usah bentak-bentak juga kali sampeinnya, kita juga ngerti dan paham banget . Tapi kalau lagi penat gini percuma juga maksain belajar. Gue sama Alvi mau ke Kafe ,refresh otak dulu , ada yang mau ikut lagi gak ?” jawab Lea

Semua memilih diam, karena takut memperluas perdebatan.

Di Kafe Barcode, seperti biasa ramai oleh gerombolan Mahasiswa/i. Dan terang saja mata Lea berburu ke segala arah mencari si Cowok cute-nya. Karena tidak menemukan sosok yang dicarinya, Lea langsung memesan 2 milkshake coklat .Tidak lama seorang pelayan datang membawa pesanannya dan secarik kertas.“Dari cowok yang ujung itu, Mba” kata si pelayan sambil menunjuk meja yang ia maksud, lalu bergegas pergi.

                                                             TONI

                                                       0857441xxxxx


Lea lumayan takjub membacanya.Beberapa detik berusaha mencari tahu maksud si Cowok cute itu. Diliriknya Toni yang masih tersenyum samar padanya. Lea menyimpulkan , ia tidak boleh melewati kesempatan berkenalan lebih dekat dengan Cowok cute itu. Toni menerima respon dari Lea , Ia lalu melambaikan tangan sekilas dan sebentar saja kembali ngobrol dengan teman-temannya. Tidak lama handphone Toni berbunyi , isyarat ada pesan masuk. Dan pesan tersebut dari nomor yang tidak dikenal dikontak Toni ,



                              Ini aku, Leanina , penerima kertas.salam kenal :)


                                      From :  <0857xxxxx11>


Sms mereka terus berlanjut, ada kedekatan yang terjalin secara tidak langsung, Lea berharap lebih dari kedekatannya saat ini.Tapi Lea sempat ragu karena mengingat kesepakatannya dengan sahabat-sahabatnya.Akhirnya Lea menyembunyikan segala hal tentang kedekatannya dengan Toni dari sahabat-sahabatnya.

Akhir-akhir ini kelompok belajar “FEMALE” tidak berjalan efektif karena mereka tidak pernah lengkap pada saat jadwal belajar kelompok.Terlebih Lea yang sibuk dengan urusan pribadinya.“Akhir-akhir ini kok FEMALE gak pernah lengkap ya? Ada aja alasan supaya mereka bolos belajar kelompok , kan jadi gak asik belajarnya” keluh Alvi. “Tau tuh, mereka pada gak mikirin UN apa ya? Lupa sama ambisi buat lulus UN nilai bagus?”Tanya Ervi heran.

“Yaudahlah guys gak usah dipermasalahin .Mungkin mereka emang lagi ada keperluan yang lebih penting. Udah ah sekarang kita lanjutin aja belajarnya besok ulangan fisika loh !”sahut  Fani.

       Keesokan harinya, kelas XII IPA 2 menjalani ulangan fisika di jam pelajaran ketiga dan dikoreksi sekaligus dibagikan pada jam pelajaran ke empat. “Gimana hasil ulangan kalian?Bagus kah? ”Tanya Margaret. “Bagus darimana?aku mendapat nilai merah , padahal kan kita sudah belajar mati-matian seminggu kemarin ” gerutu Ervi. “Aku juga gak jauh beda nilainya dengan Ervina , Aku kira dengan belajar kelompok, nilai kita ada perubahan,tapi ternyata nihil.”keluh Margaret

“Kayaknya kita butuh metode belajar baru deh atau lebih efektif pake guru pembimbing aja !Aku sih berharap kita jadi lebih bertanggung jawab , jadi diantara kita gak ada yang bolos -bolos lagi” saran Esti. “Tapi cari dimana guru pembimbing yang siap mengajari kita intensif ?dan aku gak mau ya guru pembimbingnya itu yang kolot , tipe guru-guru terdidik yang kelewat pinter buat dirinya sendiri , tapi tidak bisa mentransfer ilmu dan kepintarannya itu ke kita. Yang ada makin gak ngudeng lah kita.” Jelas Lea

“Gue aja deh yang cariin guru pembimbing buat kita, tenang aja selera gue bagus kok.Mencakup semua yang kalian mau, gimana?” inisiatif Fani.

“Oke deh setuju, emang siapa yang mau kamu rekomendasiin jadi guru pembimbing? ”tanya Lea.

“Gimana kalau kakak gue aja ? dia pinter dan asik ko ngajarnya.”sahut Fani

“Emang kamu punya kakak ya Fan ? kok aku gak tau ya ? padahal kan aku temenan sama kamu dari SD ” tanya Alvina penasaran.

“Punya Al, Hem.. mulai deh pikunnya. Dulu kan kamu pernah ketemu , pernah suka kakak ku malah. Semenjak Aku SMP , dia tinggal bersama Kakek ku di Semarang. ”jelas Fani

“Oh Kakak kamu yang cool dan cute itu ya Fan ?Aku suka banget sama senyum manis dan tatapan tajamnya.Sekarang masih cool dan cute kayak dulu gak ya? apa makin nambah? Ya ampun Aku jadi kangen liat dia lagi” seru Alvi.

“Serius Fan? Kakak lo ganteng ? Wah makin semangat deh gue buat bimbingan. Jadi, mulai kapan kita bisa bimbingan? Besok aja deh ya ! Kakak lo bisa kan? ” tanya Lea penasaran.

“Yah bahaya juga ya kalau kakak gue yang jadi pembimbing , yang ada kalian pada caper lagi sama Kakak gue. Gimana mau fokus belajarnya ? Gue rekomendasiin Pak Dodi tetangga gue aja deh ya !” celetuk Fani asal.

“Pak Dodi tetangga lo yang guru SMA Merpati Bangsa kan ? yang suka modusin siswi-siswinya ? Ya ampun please jangan Pak Dodi dong ! itu sih bahaya” sahut Margaret dengan wajah panik.

“Hahaha” Fani tertawa terbahak-bahakmelihat raut wajah Margaret yang setengah panik.

        Akhir pekan ini mereka manfaatkan untuk memulai belajar dengan guru pembimbing yang tidak lain adalah Kakak Fani. Kali ini mereka belajar dirumah Fani. 

“Nah ini ini kak Toni, guru pembimbing kita selama persiapan menghadapi UN. Gimana?sesuai maunya kalian kan? ” canda Fani sambil menggeret kakaknya menuju ruang keluarga, tempat mereka belajar.

“Hai semua” sapa seseorang yang mampu mengalihkan pandangan mereka dari tumpukan buku-buku soal. Lea yang pertama kali merasa tidak asing dengan suara orang itu tidak berani menengok untuk memastikan pemilik suara khas tersebut.

Lea mengisyaratkan Toni untuk diam dan pura-pura tidak mengenalinya. Entah mempunyai ilmu apa seolah Toni mengerti isyarat yang diberikan Lea.

“Kak Toni? Masih inget aku gak ? Kakak gak jauh beda ya. Tetep....” tanya Alvi tiba-tiba.

“Tetep cool dan ganteng ya? ” sambung Toni

Yang ditanya malah tertawa mendengar kepedean Toni yang berlebihan itu.

“Pasti ingetlah sama anak kecil yang manja dan cengeng yang asik banget buat dijailin” jawab Toni asal

Tiba-tiba Esti datang menghentikan percakapan Toni dengan Alvi. “Kakak lo Fan?” tanya Esti yang baru keluar dari dapur dan membawa minuman dingin serta beberapa makanan ringan.

“Iya Ti. Kak kenalin , dia Esti yang sering aku ceritain ke lo tempo hari”

“Cerita tentang gue? Cerita apaan Fan? Cerita yang aneh-aneh ya? selidik Esti

“Ups, salah ngomong deh” Ucap Fani sekenanya.

“Udah-udah mending belajarnya langsung dimulai aja!” Toni duduk tepat berhadapan dengan Lea. Lea terlihat salah tingkah dan dibenak hatinya ada perasaan senang karena itu berarti Lea memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan Toni sekaligus terselip perasaan takut karena mengingat kesepakatan dengan sahabatnya.

Tak terasa dua jam sudah mereka belajar kelompok dengan Toni. Sekilas Toni menatap Lea dengan tatapan bingung , kemudian Dia mengalihkan tatapannya kearah Esti. Sudah lama Fani menceritakan tentang pribadi Esti yang sabar , tegar menjadi tulang punggung keluarganya , dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah. Dari cerita-cerita Fani tentang Esti, Ada rasa penasaran Toni untuk bertemu langsung dan kenal lebih jauh dengan Esti. Dia sangat kagum dengan sosok Esti.

         Dua Minggu sudah kelompok belajar “FEMALE” mendapat bimbingan dari Toni. Banyak perubahan terhadap nilai-nilai mereka dikelas.Bukti Hasilnya memuaskan dalam Ulangan Harian. Banyak perubahan pula terhadap perasaan Lea , Toni , dan Esti.

“Le, lo kenapa sih suka senyum-senyum sendiri kalau liat ka Toni , sekarang ka Toni bukan Si Cowok Cute di Kafe Barcode , tapi Si Cowok Cool sang Guru Pembimbing.” Ujar Ervina . Lea tersadar dari lamunan dan berusaha berkata jujur kepada Ervina ”Gue makin suka sama Toni, gue rasa sekarang jadi sayang. Salah gak sih perasaan gue ini , Vi? ”. “Kalo perasaan itu gak pernah salah Le, tapi lo inget kan kesepakatan kita ? Tapi sebagai sahabat, mending ungkapin perasaan lo ke Ka Toni, diterima atau gak urusan belakangan” saran Ervina. “Gitu ya Vi ? terus gimana kalau temen-temen yang lain tau? Belum tentu mereka ngerti kayak kamu Vi. ”tanya Lea bingung.”Kalau mereka sahabat yang baik , pasti mereka ngerti kok. Tenang aja Le !” ucap Ervina meyakinkan. Lea teringat bahwa besok adalah jadwal belajar kelompok, Artinya itulah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya kepada Kak Toni. 

Esok harinya waktu terasa sangat cepat berlalu , belajar kelompok mereka telah berjalan selama dua jam dan ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk dibimbing oleh Toni. Biasanya setelah selesai belajar, mereka makan siang bersama. Tapi kali ini Esti pamit pulang lebih dulu karena harus mengirimkan kue buatan ibunya ke Toko jajanan pasar di daerah Jakarta Selatan. “Guys, maaf banget gue balik duluan ya ! urgent banget gak ada yang bantuin ibu dirumah. Ka Toni, pamit pulang ya !” pamit Esti. “Kamu mau Kakak anterin Ti ? Kamu lagi buru-buru kan?”.“Iya sih Ka, tapi Esti gak enak sama yang lain. Esti biasa naik angkutan umum kok”.”Gak apa-apa kali Ti, kita ngerti kok kamu lagi buru-buru jadi kalo ada cara sampe lebih cepat, kenapa ditolak? ”ujar Fani. Esti tidak punya alasan untuk menolak tawaran Toni. Akhirnya Toni mengantarkan Esti pulang dengan motor sport kesayangannya yang tidak pernah dinaiki perempuan selain adiknya, Fani. Ada perasaan aneh yang menghinggapi hati Toni dan Esti, jantung mereka berdebar lebih cepat dan darah mereka seakan naik ke kepala hingga membuat wajah mereka merah semu. Akhirnya mereka berdua sampai dirumah Esti , Ternyata Toni juga bersedia membantu ibu Esti untuk mengantarkan kue.Setelah selesai mengantar kue, Toni dan Esti memutuskan untuk makan di Cafe Barcode karena mereka belum sempat makan siang.“Esti, apa kamu sedang dekat dengan seorang laki-laki?” tanya Toni tiba-tiba. Esti bingung dengan pertanyaan Toni, tapi dia tetap menjawabnya. “Enggak Ka, Aku terlalu sibuk dengan kepentingan lain daripada dekat dengan laki-laki. Emangnya kenapa ka?”.”Gak apa-apa ko Ti, Aku Cuma bingung dengan perasaanku. Ada yang aneh, ada yang beda. Aku gak bisa memejamkan mata, gak bisa berhenti melengkungkan bibir. Gak bisa menghapus rautmu dari otakku. Kurasa aku jatuh cinta, pada peri kecil yang kurasakan keajaiban serbuk peri cintanya”ungkap Toni.

Esti benar-benar takjub dengan keberanian Toni untuk mengungkapkan perasaan padanya. Dia tidak menyangka jika Toni menaruh hati padanya. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Esti pun sempat merasakan apa yang dirasakan Toni, tapi Esti pandai menghindar dari perasaan yang kadang menyesakkan dadanya itu. Dengan bijaksana dan tidak bermaksud menyakiti hati Toni, ia menjelaskan tentang kesibukannya yang membuatnya tidak memiliki waktu untuk senang-senang dan tentang kesepakatannya dengan sahabat-sahabatnya. Akhirnya Toni mengerti apa maksud Esti menjelaskan hal-hal tersebut. Toni tidak merasa kecewa atas keputusan Esti, dia malah makin mantap dengan pilihan hatinya. Dia yakin dihari dan kesempatan lain, dia pasti bisa mendapatkan hati Esti.

      Ketika mereka sedang asik mengobrol dan menyantap makanannya, tiba-tiba Lea menghampiri mereka dengan wajah merah padam seperti menahan tangis.

“Lea, kamu kenapa ? kamu ada masalah apa? Cerita sama aku Le !”. Tanya Esti khawatir. Lea hanya menggelengkan kepala dan tidak sanggup untuk menahan air matanya lebih lama lagi. Dia setengah berlari menjauh dari Esti dan Toni. Hanya Toni yang mengerti penyebab Lea menangis ,sekejap saja Toni diselimuti rasa bersalah.


Minggu, 30 Desember 2012 0 komentar

Awal Pertemuan Part II

#Hari Pertama MOS
Pepatah bilang, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Yup, gue setuju sama pepatah yang satu itu , karena hari ini gue gak telat dan gak ada kejadian tabrakan (lagi) sama tiang berjalan yang gatau cara minta maaf.
Dimulai dengan briefing panitia,pembagian absen siswa/i, pembagian tugas dan games. Next, pendamping kelas (PK)+Asistennya masuk ke kelas masing-masing dan siap jalanin tugas di hari pertama MOS.
#Bel Masuk Berbunyi...
Dimulai dengan absen anak didik gue satu per satu sesuai abjad A-Z sekaligus menghafal wajah-wajah mereka yang siap dikerjain.Hahaha :D
Di absen no.9 ,setelah gue sebut namanya dan gue hafal wajahnya, kayaknuya gue kenal si pemilik wajah yang nyebelin itu. Huft ternyata sang Tiang berjalan yang gatau cara minta maaf itu anak didik gue -_- .
Mimpi apa gue semalem dan kenapa pepatah gabilang kalo dunia itu sempit atau  ingetin buat hati-hati dengan ucapan hari kemarin!kelak akan terjadi kemudian >_<.
Selesai absen, main games dan perkenalan + jail-jail sedikit sama mereka yang tampang-tampangnya asik banget buat dijailin, yang paling bersemangat di hari pertama tuh asisten gue(Ifah). Right, setiap anak yang kalah main game, jadi bahan ploncoan Ifah dan dioper sana sini buat dikerjain sama panitia yang lain. Kasihan juga sih mereka, tapi itu jadi pemandangan yang asik dan seru. Pasti ada kesan tersendiri buat mereka nanti. next, waktunya materi dari guru yaitu wawasan Wyata Mandala.
#Bel jam istirahat...
Selesai materi, tanggung jawab kelas kembali lagi kepada PK dan asistennya.
Kasihan liat tampang-tampang anak didik gue yang kecapean dan kelaperan. Buat PK dan semua panitia kumpul diruang OSIS dan briefing lagi. Setelah itu kami kembali lagi ke kelas buat melaksanakan tugas tambahan yaitu membuat absen sendiri dengan format : nama ,TTL , Alamat , Asal sekolah , dan No.telpon.
#Menjelang pulang...
Bel istirahat selesai, aktivitas dikelas semakin sibuk dengan games dan materi - materi dari guru. Menjelang pulang, seperti biasa kami memberi info tentang barang bawaan MOS hari berikutnya. Ada kejadian lucu , jadi ada salah satu orangtua murid yang stay terus dari awal masuk sampai pulang buat "ngedampingin" anaknya MOS. "Ngedampingin" beneran loh ini ! jadi selain jam materi dari guru , si Ibu pasti ikuti masuk dan duduk disamping anaknya(kayak anaknya masih playgroup aja-_-)".
Agak risih si, tapi si Ibu juga mungkin gaenak atau karena permintaan anaknya yang risih+malu karena cuma dia yang di dampingin orangtua waktu MOS.Hahaha
Selesai memberi info barang bawaan, kami berdoa dan operasi semut sebelum pulang
#Naira OV
Sampai rumah berasa banget capenya hari pertama MOS kali ini. Persiapan mau tidur , malah diganggu dengan ringtone sms yang berebrapa kali bunyi. Read message , ternyata dari orangtua murid dan beberapa dari anak didik gue. Reply satu , new message yang lain, begitu seterusnya. Ternyata capenya masih belum selesai juga walaupun udah dirumah sendiri -__-.
#Hari kedua MOS
Aktivitas berjalan seperti biasa , tapi disela-sela jam kosong , dihari kedua MOS ini diselingi promosi eksul diruangan. Dimulai dari PASKIBRA , PMR , Eksul Olahraga dan yang terakhir itu Marching Band. Anak didik gue antusias banget menyimak setiap ekskul yang promosi. Then, hari ini rasanya cepet banget berlalu, udah waktunya pulang. Selesai briefing , kita pulang kerumah masing-masing .
#Naira OV
Selesai mandi , gue udah hafal banget jam segini pasti ringtone sms bakal rame banget. That's right, 8 new message. Read >> Reply , Read >> Reply, 7 pesan masuk udah punya nama dikontak gue. Tapi ada 1 pesan dari no +628xxxxx463 yang belum ada dikontak gue dan isi pesannya bukannya tanya tentang barabng bawaan, malah minta no.HP cewek. Kalo gak salah inget kayak gini isinya => "malem ka, ganggu gak?Ka,gue mau tanya tanya dong!punya no.nya Tiara Marching ga?gue minta ya ka!".Huft banget ya -_-, tapi berhubung PK itu harus jadi Malaikat penolong buat anak didiknya, jadi diladeni dulu deh.
Pas gue cek diabsen + list no.telp. anak didik gue,ternyata pemilik no.itu sang Tiang berjalan >_<

Selasa, 10 Juli 2012 0 komentar

Awal Pertemuan Part I

#Prolog ~Naira
Akhirnya kepilih jadi panitia MOS :) ,engga nyangka juga si bakalan ditunjuk jadi PK (Pendamping Kelas).cape banget tuh pasti!apalagi dapet tugas jadi PK kelas "7.10">>(katanya sih penghuninya anak susah diatur,manja,nyolot,dikumpulin dikelas itu).kenyatannya emang gitu sih(pas belum adaptasi)but so good so far ah!walaupun masih ada beberapa yang masuk kategori.

PRA MOS ~Naira
GOD telat setengah jam dari jadwal,gimana anak didik gue nih?!udah tau kelasnya belum ya?
Oh iya ada ifah asisten PK gue,dan--gue tertolong sm asisten yang rajin banget berangkat pagi.ternyata ketos gue (Ka Ardhi) pilihin soulmate yg pas buat gue..hahaha :D
Akhirnya sampe sekolah juga..buru-buru lepas helm,masukin kunci ke tas,enggak perhatiin depan dan bruk..crash(menabrak sesuatu)nabrak apa ya gue?keras,tinggi,gede(gue kira tiang,ternyata bukan).Tapi emang mirip tiang sih tapi bedanya ini tiang bisa lari abis nabrak gue,gak pake minta maaf lagi -_-.Tadinya mau marah"sama tuh anak,tapi berhubung gue udah telat banget,jadi gue maafin aja sekali ini!tapi gue berharap tuh anak enggak ada di list anak didik gue,amin..
#Kelas 7.10
Kayaknya gue salah masuk deh.ini kelas atau pasar tumpah?rame,rusuh+berantakan abis.Kasihan asisten gue kewalahan.Pertama gue masuk,udah disorakin(berasa artis hollywood),hahaha
Mencoba mencairkan suasana ~Naira
Pagi semuanya!Kami(gue&Ifah) adalah PK kalian selama PRA MOS dan MOS 3 hari kedepan.sebelumnya saya dan teman saya akan memperkenalkan diri,Saya Naira dan teman Saya namanya Ifah,kami dari OSIS,kelas 8.12.Ada yang mau tanya?yg mau tanya angkat tangan aja!
#(Ade kelas cowok dikursi belakang paling pojok angkat tangan),iya ade yg dipojok belakang mau tanya apa?--*saya ka?--#iyalah kamu,siapa lagi?--*engga mau tanya apa-apa ka,saya lagi benerin lengan baju--#(Krik banget -_-)Oh yaudah kalo gitu,ada yg mau angkat tangan buat nanya?
#(Ade kelas cewek paling depan angkat tangan)iya ade mau tanya apa?--(Ngeluarin HP)Ka,boleh minta no.hp-nya gak buat mama saya?--#Oh iya ade boleh ko!nanti kakak catet no.hp kaka dipapan tulis,kalo mau tanya tentang barang bawaan sms atau telepon aja ya!berlaku buat semuanya :)
PRA MOS Successed
Dua jam berlalu,penuh sama kegiatan yang seru,rame,rusuh,cape,sampe akhirnya bel tanda pulang berbunyi&tandanya PRA MOS hari ini juga selesai. Peserta MOS pulang&tinggal panitia yang lagi briefing&evaluasi.Dengan wajah-wajah capenya panitia,semua ngumpul dilapangan, dengerin ketos ngoceh&bahagia banget waktu ketos bilang PRA MOS SUCCESSED(˘▽˘~)(~˘▽˘)~

Minggu, 03 Juni 2012 0 komentar

Resensi Novel TEROR, the last book of JOHAN SERIES

Judul        : TEROR

Penulis     : Lexie Xu

Harga Buku : Rp.41.500,-

Sinopsis

* Buku terakhir dari Johan Series (lanjutan 'Obsesi', 'Pengurus MOS Harus Mati' & 'Permainan Maut')

Namaku Johan, dan akulah penyebab mimpi buruk semua orang. Semua orang selalu meremehkanku, mulai dari ibuku hingga anak-anak tolol di sekolahku, dan aku selalu berhasil memberi mereka pelajaran bahwa aku tidak bisa diremehkan. Tentu, beberapa akibatnya tak kuduga, seperti aku telah menewaskan ibuku dan beberapa kecelakaan lain, tapi itu harga yang harus kubayar demi menegakkan harga diriku.

Hidupku berubah drastis sejak aku bertemu Jenny, cewek yang sudah merebut rumah masa kecilku. Bukan saja itu kesalahan yang dilakukannya, melainkan juga ternyata dia berteman dengan cewek cantik yang seharusnya menjadi teman atau, lebih baik lagi, pacarku. Aku bertekad akan menghukum Jenny. Namun kebalikan dari harapanku, akulah yang dijebloskan ke rumah sakit jiwa.

Di balik dinding yang membatasiku dengan orang-orang gila, aku mulai menyusun siasat dan rencana. Aku berhasil memperdalam kemampuanku untuk memengaruhi orang lain, menggerakkan mereka untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kotorku, bagaikan pion-pion tak berharga yang bisa kukorbankan sewaktu-waktu.

Sekarang, setelah aku berhasil keluar dari rumah sakit jiwa, waktunya untuk pembalasan dendam. Mereka semua yang sudah berani menentangku akan merasakan akibatnya. Sebab kali ini, aku akan mengirim mereka ke neraka....
0 komentar

Resensi Novel Permainan Maut


Judul : Permainan Maut

Pengarang : Lexie Xu

Penerbit : Gramedia

Tahun Terbit : 2011

Harga : Rp.40.000,-

Sinopsis

* Lanjutan 'Obsesi' & 'Pengurus MOS Harus Mati'

Yo, namaku Tony Senjakala dan hidupku saat ini bagaikan sederetan mimpi buruk.

Sebuah e-mail dari teman lamaku—tentang kejadian-kejadian misterius di rumahnya—terus mengusik pikiranku. Namun aku berusaha melupakannya karena sudah tidak sabar lagi untuk berlibur dengan Jenny, pacarku yang manis banget.

Tak disangka, tiba-tiba muncullah seseorang yang sangat tidak ingin kujumpai, namun terus saja menghantui kehidupanku. Tidak ingin orang ini membahayakan Jenny, aku terpaksa melupakan liburan impianku, mengadakan kamp latihan judo dadakan, dan menginap di rumah misterius yang konon menimbulkan nasib buruk bagi para penghuninya.

Celakanya, Markus, sobatku, malah menjalin hubungan mesra dan menjijikkan dengan si oknum ini, tidak peduli betapa uring-uringan aku dibuatnya, tidak peduli kami terkurung di penginapan menyeramkan, tidak peduli satu demi satu anggota klub judo mulai lenyap.

Bersama pasangan yang tidak serasi inilah aku harus membongkar semua kejadian aneh ini. Apa sih sebenarnya yang terjadi di penginapan ini? Apakah ada kaitannya dengan hantu legenda si Kakak yang menginginkan teman dan si Adik yang menginginkan pembalasan dendam?

Ataukah ada permainan yang lebih mengerikan daripada yang kami duga?
0 komentar

Resensi Novel Obsesi

Judul Resensi     : Obsesi sang Psycopat
Pengarang           : Lexie Xu
Tahun terbit          : 2010
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 235 hal.
Tebal Buku           : 2cm
Desain sampul   : maryna_design@yahoo.com
Sudut Pandang   : Orang pertama pelaku utama (Multiple PoV)

Ada dua alasan kenapa saya memilih novel ini.karena saya tertarik dibidang desain,saya suka dengan sampulnya.Pertama,Saya tertarik dengan bercak darah, suasana horor dan font yang menambah kesan horor. Kedua, saya merasa bahwa novel ini berbeda karena konflik cerita yang banyak klimaks dan romance yang disuguhkan dengan . Pada akhirnya, saya berani bilang kalau saya tidak menyesal telah membeli novel ini. Mari kita cari tahu kenapa....

Sinopsis
Obsesi bercerita tentang dua orang sahabat, yakni Jenny—cewek cupu yang tinggal di sebuah rumah menyeramkan dan memiliki dua teman sekelas yang bernama sama dengannya—dan Hanny—cewek cantik dan populer yang suka gonta-ganti pacar. Suatu ketika, kedua sahabat itu diajak jalan oleh Tony dan Markus, dua orang cowok yang terkenal ganteng di sekolah mereka. Tony lantas mengajak Hanny pacaran, tapi kemudian ia mencampakkannya beberapa hari kemudian. Berdasarkan informasi dariJohan, salah satu sahabat Hanny yang berkacamata tebal, Tony melakukan itu untuk memenangi taruhan, dan ia berkomplot dengan Jenny. Hanny yang tengah berada dalam kondisi depresi pun percaya dan memutuskan untuk mengakhiri persahabatannya dengan Jenny. Bukan cuma itu, ia bahkan mengutuk Jenny untuk sial selamanya.
Beberapa hari berselang, sebuah kecelakaan menimpa Jenny lain, yakni Jenny Bajaj, yang diikuti dengan kecelakaan lain yang melibatkan Jenny yang satu lagi, Jenny Tompel. Kedua orang Jenny itu lantas menyalahkan kutukan yang dikeluarkan oleh Hanny sehingga mereka juga turut terkena getahnya. Jenny pun turut merasa was-was dan khawatir, tapi untunglah Tony, yang kini sudah berpacaran dengannya, dan Markus selalu memastikan dirinya tidak akan ditimpa oleh sesuatu yang buruk. Ketegangan semakin bertambah setelah munculnya beberapa kejadian aneh yang terjadi di rumah Jenny, yang membuat mereka bertiga menyelidikinya.
Sementara itu, setelah berpisah dari Jenny, Hanny semakin dekat dengan Johan. Ia bahkan sempat berkunjung ke rumah Johan yang menurutnya agak aneh. Namun, lama-kelamaan ia merasa kehilangan Jenny dan lalu berniat untuk kembali berdamai dengan Jenny. Namun, atas alasan yang tidak ia ketahui, Johan selalu tampak tidak setuju. Pada akhirnya Hanny tetap berbaikan dengan Jenny, dan dari situ, mereka jadi tahu kalau kejadian yang mereka alami selama ini tak lain hanya buah dari sebuah obsesi belaka.
Pembahasan
Sudah agak lama sejak saya membaca novel dengan multiple PoV, dan Obsesi menyuguhkan penggunaan sudut pandang mejemuk yang mengagumkan. Baik pemikiran atau perbuatan yang dilakukan oleh Jenny dan Hanny maupun kejadian yang mereka alami saling berdiri satu sama lain sehingga terlihat betul perbedaan karakteristik mereka. Rasanya seperti ada dua orang yang bercerita sendiri-sendiri berdasar versi masing-masing, tapi pada akhirnya menyambung dan lalu membentuk satu alur utuh. Nice. Perbedaan sudut pandang ini juga telah dimanfaatkan dengan efisien sehingga—di samping sebagai variasi dari narasi—berfungsi sebagai pembentuk dan penjaga alur. Salah satu hal yang menjadi permasalahan yang sering muncul dalam sudut pandang multiple PoV adalah overlappingalur yang mana satu kejadian yang sama diceritakan oleh dua orang berbeda (dan kadang terkesan mengulang sehingga bikin bosan), tetapi alur di Obsesi terus mendesak maju sehingga tidak terjadioverlap. Dengan kata lain, integrasi alur dan sudut pandangnya benar-benar mengagumkan. Pemilihan sudut pandang orang pertama yang dilakukan oleh Lexie juga konsisten—dengan porsi yang pas sehingga tidak terasa adanya overlapping—dengan adanya beberapa bagian yang tidak diketahui oleh satu karakter dan karakter lain dan baru diketahu karakter lain di bagian lain (semisal halaman 228 yang mana Hanny baru tahu kalau paman Markus ternyata adalah polisi, tetapi sudah diketahui oleh Jenny di halaman sebelumnya). Apalagi ditambah dengan transisi antarsudutpandang yang juga dilakukan dengansmooth sehinnga tidak ada kejadian yang patah dan terjadi secara tiba-tiba saat sudut pandang berganti..Penempatan babnya juga oke, sehingga cerita bisa diawali oleh Jenny dan diakhiri oleh Hanny. Cerdas.
Kemudian konflik dan alur. Pada awal-awal cerita, kita digiring untuk menduga bahwa kejadian yang akan dialami oleh Jenny dan Hanny berkaitan dengan supranatural (hal ini juga diperkuat dengan “mimpi buruk” Jenny dan “kutukan” Hanny), tapi lambat-laun dan perlahan-lahan, novel ini akan menampakkan genre aslinya: thriller. Meskipun begitu, memiliki genre thriller tidak membuat Obsesi kehilangan ciri khasnya sebagai novel remaja. Sepertiga awal dari buku ini lebih terfokus pada permasalahan remaja seperti perseteruan Jenny dan Hanny akibat masalah percintaan mereka dengan Tony. Masalah itu masih tampak ketika konflik yang lebih besar (Bab 6) mulai muncul sehingga menjadi pergelutan sendiri yang khas.Untunglah konflik remaja itu berhasil diselesaikan sebelum konflik yang paling besar muncul (bab 14), sehingga kita bisa lebih terfokus pada konflik utama dan membacanya dengan lebih leluasa Berbicara tentang konflik utama (yang sengaja tidak saya utarakan untuk menghindari spoiler), penggunaan berbagai hal yang tampaknya tidak penting dan diutarakan di awal cerita untuk dihubungkan dengan konflik utama (Chekov’s Gun) menjadi suatu hal tersendiri (semisal cerita di rumah lama Jenny [ hal. 174] dan tikus putih [hal. 204]). Namun, di sisi lain, adanya “tabir” dalam cerita ini menghasilkan beberapa plot yang menggantung, seperti kenapa Jenny Tompel bisa mengancam Jenny (hal. 109).
Lalu, kultur. Lexie sepertinya memliki minat untuk membawa novel ini menjadi mirip novel asing (baca: terjemahan), tetapi ia enggan untuk meninggalkan kultur lokal. Hal yang membuat saya berpikir seperti itu adalah gaya penceritaannya yang entah bagaimana mirip terjemahan (mungkin dengan banyaknya-penggunaan-style-seperti-ini), penggunaan loker di sekolah, dan nilai huruf alih-alih angka. Namun, di sisi lain Lexie berkali-kali menegaskan bahwa “cewek tidak boleh masuk kamar cowok” dan sebaliknya (ada kira-kira tiga kali). Saya tidak tahu kenapa, tapi itulah yang saya tangkap.
Kemudian, latar suasana. Kalau yang ini saya tidak perlu berkomentar banyak: amazingly awesome. Lexie dengan cerdas dapat meramu berbagai latar suasana mencekam yang dibutuhkan oleh novel thriller.Dengan menggabungkan antara latar tempat dan kadangkala pikiran irasional sang tokoh, maka latar suasana yang mencekam pun berhasil dibentuk. Langsung saja: beberapa halaman seperti halaman 34, 88, 108, 132 hingga 136, dan 151 merupakan contoh yang bagus, tapi tidak ada yang lebih baik dari adegan di bab 17 hingga 19 (saya yakin, semua yang udah baca pasti setuju!). Bagaimana Lexie menaikkan tension setelah sebelumnya segala hal sudah terasa “damai” juga patut digarisbawahi. Nice.Ending dari novel ini juga bagus: sebuah cliffhanger yang mencekam. Beberapa suasana romantis juga berhasil dibangun oleh Lexie, meskipun, jujur saja, masih lebih baik suasana mencekam yang ia buat. Adegan ciuman dan cuci tangan bareng Jenny-Tony sepertinya sedikit maksa, tapi cukup kreatif.

Penilaian? Saya betul-betul merekomendasikan novel ini. Seriously. Suasana tegang yang dibangun dan beberapa bagian yang tak terduga menambah poin plus novel ini. Kalau kamu suka dengan cerita thriller yang penuh aksi dan beberapa adegan tak terduga, maka buku ini sangat cocok untukmu!


 
;